Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

50 Anak Yatim Piatu

Sebanyak 50 anak yatim piatu Korea Utara bersembunyi di China, setelah melarikan diri dari negerinya, kata seorang anggota legislatif Korea Selatan yang terlibat dalam aksi untuk membantu para pengungsi semacam itu, Kamis (8/3/2012).

Anak-anak dari tempat penampungan yatim piatu di kota perbatasan di bagian timur laut Korea Utara, Hyesan, menyeberangi perbatasan pada 29 Februari, kata Park Sun-young dari Partai Kebebasan Maju, yang berhaluan konservatif dan beroposisi terhadap pemerintah, kepada kantor berita Yonhap. "Untungnya, saya tak mendengar mereka tertangkap," kata perempuan politikus itu.

Park memulai mogok makan pada Februari di luar Kedutaan Besar China guna mencela tindakan Beijing memulangkan pengungsi Korea Utara. Ia mengakhiri protesnya Jumat lalu, ketika ia pingsan pada hari ke-11 aksi mogok makannya.

Dari 30 anak yang melarikan diri dari panti yatim piatu yang sama pada Desember, 20 orang ditangkap oleh penjaga perbatasan Korea Utara dan dipukuli. Sementara sisanya belum dikembalikan ke Korea Utara, kata Park.

Park menyatakan, 48 warga negara Korea Utara telah ditahan di China dan menunggu dipulangkan ke Korea Utara. Mereka menghadapi hukuman berat—bahkan hukuman mati—di tanah air mereka, kata para aktivis.

Korea Selatan telah berulang kali mendesak Beijing agar memperlakukan para pelarian dari Korea Utara tersebut sebagai pengungsi dan tidak memulangkan mereka. China menyatakan, mereka adalah migran ekonomi dan bukan pengungsi yang layak diberi perlindungan.

Amnesty International juga telah mendesak Beijing agar tidak memulangkan pelarian dari Korea Utara. Ia menambahkan, pelarian yang dipulangkan dikirim ke kamp kerja paksa, tempat mereka menjadi sasaran penyiksaan.

Lebih dari 21.700 warga negara Korea Utara telah melarikan diri dari negeri mereka sejak Perang Korea tahun 1950-1953. Kebanyakan dari mereka melarikan diri dalam beberapa tahun belakangan. Mereka biasanya melarikan diri dengan jalan kaki ke China, bersembunyi, dan kemudian melakukan perjalanan ke negara ketiga untuk bisa dimukimkan kembali di Korea Selatan.