Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ut Engelke Dari Gereja Sint Jan

Dia tidak melayani pengampunan dosa dan kewalahan jika dihadapkan dengan pembicaraan berat. Tapi "ut Engelke" dari Gereja Sint Jan tetap senang menerima semua telepon yang masuk. "Dia" melakukannya untuk sebuah senyuman.

Di katedral Sint-Jan di Den Bosch berdiri sebuah patung malaikat dengan posisi salah satu tangannya memegang sebuah telepon genggam. Sebuah karya seni bernuansa humor dari pembuatnya - sampai ketika si malaikat "mendapatkan" suara. Demikian tulis sebuah artikel pada harian sore Belanda, NRC Handelsblad edisi Rabu (21/03) sebagaimana dikutip Radio Nederland.

Warga Den Bosch ramai membicarakan siapa suara di balik malaikat "ut Engelke". Belum ada yang berhasil menebak orang di balik suara. Malaikat ut Engelke bisa dihubungi melalui situs mikroblog Twitter (@ut_engelke) dan telepon seluler.

Identitas aslinya tertutup rapat. "Sengaja situasinya dibikin seperti Sinterklaas dan akan dijaga tetap seperti itu. Orang di balik "suara" ut Engelke mendapat ide ini ketika tahun 2010 membaca berita jika salah satu patung dari empat belas patung malaikat yang dibuat oleh seniman Ton Mooy untuk katedral Sint-Jan dilengkapi dengan telepon genggam. Untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman.

Bukan untuk uang

"Saya pikir seru banget kayaknya kalau kita bisa benaran menelepon sang malaikat! Saya langsung membeli nomor pra-bayar dan menyebarkannya melalui akun Twitter. Saya melakukannya bukan untuk uang, tapi untuk lucu-lucuan saja. Tidak lebih dan tidak kurang."

Sementara itu katedral juga membuka nomor hotline sendiri, tulis NRC Handelsblad. Tapi kalau kita menghubungi nomor itu prosesnya lama, dan habis itu kita malah mendapatkan suara laki-laki. Padahal malaikat jelas-jelas perempuan. Kita juga hanya diminta untuk meninggalkan pesan saja, tidak ada pembicaraan. Sayang."

Menurut perempuan di balik suara ut Engelke, jika ada orang yang menelepon karena ingin benar-benar berkonsultasi, dia menyarankan mereka untuk menelepon pihak lain yang lebih kompeten, atau datang ke gereja, menyalakan lilin misalnya. Bagi sembilan dari sepuluh penelepon dengan masalah tertentu, didengarkan ceritanya saja sudah cukup. Tapi kebanyakan orang menelepon saya hanya karena penasaran. Pembicaraan kami jadi ringan-ringan saja."

"Saya tidak ingin menipu siapa-siapa, apalagi berbicara atas nama agama. Saya juga tidak memberikan harapan palsu. Membohongi orang sakit kalau dia akan sembuh misalnya. Pernah ada orang tanya, seperti apa Tuhan? Saya bilang, wah kurang tahu yah, waktu ada ujian pertanyaan itu, saya nggak lulus." Demikian laporan NRC Handelsblad.