Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Romo Franz Magnis Suseno

Ahli filsafat dan tokoh agama, Romo Franz Magnis Suseno, mengatakan bahwa saat ini negara membutuhkan seorang pemimpin yang berani, bukan pemimpin yang loyo dan hanya turut bersedih atas masalah rakyat, tapi tak memberikan solusi. Saat ini, pemerintah, kata dia, terlihat tidak berani dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat seperti masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia di masyarakat dan masalah korupsi yang merajalela.

"Bangsa ini tidak butuh pemimpin yang loyo dan lemas. Bagaimana bisa memimpin kalau lihat reaksi masyarakat yang bersalah sama-sama menangis, tidak cukup itu. Jadi pemimpin yang hanya mengeluh juga tidak cukup. Harus berani bertindak dan menawarkan penyelesaian masalah bangsa," ujar Magnis dalam diskusi 'Meneladani Misi Profetik dalam Kepemimpinan Nasional' di Mega Institute, Jakarta, Selasa (28/2/2012).

Menurutnya, jika pemimpin nasional yang loyo tak dapat diandalkan, maka harus muncul memimpin yang bersifat profetik. Artinya, orang yang memiliki sifat kepemimpinan tapi berada di luar panggung kekuasaan. Orang-orang yang memiliki suara keras, untuk mengutarakan aspirasi rakyat dan mengungkapkan kebenaran.

Kini, kepemimpinan profetik itu belum terlihat, karena ada berbagai kepentingan yang menginginkan kekuasaan dibandingkan membela kepentingan rakyat. "Kepemimpinan profetik adalah mereka yang tidak berkuasa. Mengatakan kebenaran terhadap mereka yang berkuasa," lanjutnya.

Menunggu datangnya pemimpin yang profetik, kata Romo Magnis, Indonesia merindukan juga sosok pemimpin seperti Soekarno. Meski tidak banyak menyelesaikan masalah negara, kata dia, Soekarno memiliki misi untuk membawa ke mana tujuan bangsanya.

"Soekarno membuat dan mengingatkan semua orang bahwa mereka menjadi rakyat Indonesia. Itu yang selalu saya ingat. Di mana pun warga Indonesia berada, mereka bangga menjadi bangsa Indonesia, karena Soekarno menanamkan itu. Pemimpin harus seperti itu, bukan yang loyo," jelasnya.

Sementara itu, tokoh senior Partai Golkar, Akbar Tanjung mengungkapkan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memikirkan kemaslahatan banyak orang, bukan hanya kepentingan pribadi. Namun, sosok pemimpin tersebut sulit ditemukan saat ini.

"Sulit kita mendapatkan pemimpin yang seperti itu dalam kondisi sekarang ini. Di situasi politik sekarang ini, politik dimaknai untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuasaan saat menjadi pimpinan hanya dipakai untuk mencari kekayaan dan kehormatan," terangnya.

Ia mengatakan bahwa saat ini Indonesia kehilangan sosok pemimpin yang dapat dijadikan teladan untuk membangun bangsa yang bersih. "Kita membutuhkan orang-orang yang menjadi teladan. Kita ingin membangun kehidupan politik yang benar sehingga menghasilkan pemimpin yang terpanggil untuk memperbaiki negara ini. Itu haruslah pemimpin yang kuat memiliki misi profetik untuk membawa kebenaran," pungkas Akbar.