Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

200 Personel Marinir Amerika Serikat tiba di Darwin

Kontingen pertama yang terdiri dari 200 personel Marinir Amerika Serikat tiba di Darwin, Australia, Selasa (3/4/2012) malam. Dalam pernyataan bersama, Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Menteri Pertahanan Stephen Smith, dan Menteri Utama Northern Terrytory Paul Henderson mengatakan bahwa kedatangan para marinir itu merupakan babak baru persahabatan Australia dengan AS yang sudah terjalin selama lebih dari 60 tahun.

Lebih lanjut Gillard menjelaskan, penempatan pertama selama enam bulan ini tidak disertai peralatan berat, kendaraan militer ataupun pesawat. Mereka akan melakukan rotasi enam bulanan. Pada November 2011, AS dan Australia mengumumkan rencana untuk pengiriman lebih banyak personel militer AS ke Australia dan akan merotasi hingga 2.500 anggota Marinir di Darwin demi melindungi kepentingan AS di seluruh Asia.

Penempatan Marinir AS di wilayah utara Australia itu menimbulkan kekhawatiran China dan menimbulkan pertanyaan apakah langkah itu merupakan strategi lebih besar AS yang bertujuan mengepung China dan menggagalkan upaya negara itu menjadi kekuatan global. Kami memandang hal ini sebagai respons dan cerminan bahwa dunia bergerak ke wilayah kami dan dunia bergerak ke Asia Pasifik dan Samudera Hindia. Kita perlu merespons itu," kata Stephen Smith, seperti dilaporkan Reuters.

"Dunia perlu menyadari kebangkitan China, kebangkitan India, dan pergerakan pengaruh strategis ekonomi dan politik di bagian dunia kami," lanjutnya. Pelabuhan Darwin berada sekitar 820 kilometer dari Indonesia, sehingga memungkinan Marinir AS untuk merespons secara cepat bila terjadi masalah kemanusiaan dan keamanan di Asia Tenggara. Hal ini terutama terkait meningkatkan skala ketegangan terkait sengketa wilayah perairan Laut China Selatan.

Juru bicara Korps Marinir AS mengatakan, kontingen pertama ini berasal dari Resimen 3 Marinir di Hawaii. Mereka akan melakukan latihan dengan Angkatan Bersenjata Australia dan dikirim ke negara-negara lain di wilayah itu untuk melakukan latihan. Jumlah itu akan bertambah hingga 2.500 personel dan menjadi Gugus Tugas Udara dan Darat Marinir. Mereka akan dirotasi setiap enam bulan dan tidak akan ditempatkan secara permanen di Australia.