Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat lereng Gunung Merapi

Masyarakat lereng Gunung Merapi di wilayah Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, masih kesulitan air bersih pasca-erupsi Merapi pada November 2010. Sebagian warga terpaksa menadahi air hujan untuk keperluan sehari-hari karena jatah pembagian air terbatas.

Dari penelusuran, Jumat (7/1/2011), masalah itu terlihat di hampir semua wilayah di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo. Kedua desa di Cangkringan itu merupakan wilayah terparah yang terkena dampak langsung erupsi Merapi.

Bak-bak besar penampungan air umum terdapat di hampir semua sudut desa. Warga juga menaruh ember, jeriken, dan panci-panci di pekarangan rumah mereka untuk menampung air hujan.

"Sejak kembali dari pengungsian sebulan lalu, jaringan air sudah tak mengalir. Dua minggu lalu (air) sempat mengalir lagi, tapi waktu terjadi banjir lahar dingin besar kemarin (Senin 3/1/2011), aliran mati lagi sampai sekarang," kata Sudarmi, warga Dusun Gondang, Umbulharjo.

Warga Umbulharjo selama ini mengandalkan air dari mata air Umbulwadon di hulu Kali Kuning yang disalurkan dengan jaringan pipa-pipa paralon. Namun, saat erupsi, jaringan pipa itu rusak dan mata airnya tertimbun material.

"Sekarang kami hanya mengandalkan air dari bak bantuan PMI ini. Satu bak dipakai untuk 15 keluarga," kata Sudarmi. Karena jumlah air yang terbatas dan pasokannya yang kadang tidak menentu, Sudarmi mengatakan harus menampung air hujan juga untuk menutupi kebutuhan minum dan MCK keluarganya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Ny Kamto Raharjo (60), warga Dusun Pagerjurang, Kepuharjo. Bak umum yang berjarak sekitar 1 km dari rumahnya membuat Kamto mengandalkan sebagian besar kebutuhan airnya dari hujan. "Saya hanya ambil dua jeriken air bersih untuk minum. Untuk mandi dan cuci, pakai air hujan,busyet dahh. Demikian catatan online Layanana data tentang Masyarakat lereng Gunung Merapi.