Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nilai Tukar Mata Uang Rupiah

Nilai tukar mata uang rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Rabu (4/4/2012) pagi, melemah 22 poin menjadi Rp 9.157 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 9.135 per dollar AS. Pengamat pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, di Jakarta, Rabu, mengatakan, dollar AS berbalik mendominasi mata uang dunia termasuk rupiah setelah sempat tertekan sejak awal pekan lalu.

Penguatan dollar AS dipicu pertemuan Federal Reserve (The Fed atau Bank Sentral AS) yang mengisyaratkan bahwa bank sentral semakin enggan untuk meningkatkan program stimulus moneternya," kata Johanes Ginting.

Ia mengemukakan, The Fed tidak akan menambah jumlah pembelian aset atau yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE) selama ekspansi ekonomi AS terus berkelanjutan dan laju inflasi tidak melambat di bawah target 2 persen. "Dollar AS diuntungkan oleh pemangkasan posisi para investor yang sebelumnya telah mengantisipasi untuk penambahan QE," kata Johanes Ginting.

Meski demikian, kata dia, mata uang berisiko dapat kembali menguat seiring dengan pengumuman kebijakan suku bunga dan beberapa data yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi seperti data indeks manufaktur, data produk domestik bruto, dan data produksi industri Jerman mencatatkan positif. "Data terkait kondisi pertumbuhan ekonomi akan menjadi isu utama untuk kawasan Eropa dan akan menjadi penggerak nilai tukar beresiko," katanya.

Sementara, analis pasar uang Treasury Telkom Sigma, Rahadyo Anggoro, menambahkan, dari dalam negeri, pelaku pasar uang masih optimistis atas hasil penundaan harga bahan bakar minyak (BBM) akan memicu nilai tukar rupiah kembali menguat. "Selain itu, laporan keuangan emiten yang mayoritas positif sesuai dengan ekspektasi," ujar Rahadyo Anggoro.